Peradah DKI Ikutan Kuis Siapa Berani
Dalam rangka perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1925, Peradah DKI Jakarta bersama beberapa organisasi bernafas Hindu di DKI Jakarta tampil di Indosiar dalam acara Kuis Siapa Berani yang disiarkan langsung pada hari Ngembak Geni, tanggal 3 April 2003, sehari setelah pelaksanaan Catur Berata Penyepian.
Seperti biasa Kuis Siapa Berani diikuti oleh lima group dengan masing-masing group terdiri dari 20 orang. Lima organisasi bernafas Hindu yang tampil terdiri dari Abhiseka dengan pakaian khas India, Majapahid (Manggala Jawa Dwipa Hindu Dharma) dengan pakaian khas Jawa, KPSHD (Keluarga Pemuda Suka-duka Hindu Dharma) Jakarta Barat dengan pakaian khas Bali, KMHDI (Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia) dengan pakaian khas Dayak, dan Peradah DKI Jakarta dengan pakaian khas Betawi.
Pemakaian busana daerah yang beraneka ragam dimaksudkan untuk lebih memperkenalkan bahwa Hindu bukan hanya Bali, sebagaimana anggapan umat lain selama ini. Yel-yel yang dikumandangkan masing-masing group juga mencerminkan masing-masing daerah, tentu saja dengan dibumbui lelucon dan variasi joke agar lebih menarik.
Sebagaimana akhir dari sebuah permainan, harus ada yang menang dan yang kalah, kuis ini akhirnya dimenangkan oleh KMHDI. Menang dan kalah tidaklah terlalu menjadi masalah. Acara-acara semacam ini sangat efektif dalam mempererat tali persaudaraan di antara rekan-rekan se-Dharma sekaligus memperkenalkan Hindu kepada umat lain.
Source : Sugi
Helmy Yahya
Si Raja Kuis Makin Berani Gaet Ibu RT
Helmy Yahya secara mengejutkan semakin berani dan berhasil menggaet ibu-ibu rumah tangga (RT) dan puteri remajanya. Ia menemui para isteri dan remaja puteri setiap pagi, saat suami pergi kerja. Mereka dibuat terbuai menikmati kebersamaan dalam Kuis Siapa Berani yang ditayangkan Indosiar itu. Si Raja Kuis itu kini memang semakin digemari ibu-ibu dan remaja putri. Juragan hiburan televisi yang lagi laris lewat rumah produksi PT Triwarsana yang didirikannya, itu kini memasok puluhan acara ke berbagai stasiun televisi.
Sebagian besar acara itu berupa kuis. Di antaranya yang paling spektakuler dan membuatnya semakin populer terutama di kalangan ibu dan remaja putri adalah Kuis Siapa Berani. Kuis yang dipandu Helmy bersama Alya Rohali diikuti 100 peserta dan digelar langsung setiap hari dari Senin hingga Jumat, pada pukul 08.00 pagi. Minat publik terhadap kuis itu memang luar biasa. Setiap minggu ada 500 kelompok yang mendaftar.
Tak pelak, kuis itulah yang mengangkat sosok Helmy Yahya sebagai "super star pagi" yang ditunggu pemirsa, terutama ibu-ibu. "Market saya memang ibu-ibu he-he-he.... Tetapi, sebenarnya segmentasi kuis ini memang paling lebar, mulai anak-anak sampai jenderal, hingga ibu-ibu arisan," kata Helmy yang ditemui seusai acara kuis di Indosiar, Jalan Damai, Jakarta.
Akibatnya, wilayah pribadi pria kelahrian Palembang, 6 Maret 1962, dari keluarga dengan ekonomi pas-pasan, ini agak terusik. Ibu-ibu pedagang batik di Pasar Beringharjo, Yogyakarta pun mengenali sosok pria kelahiran Palembang 1963 itu. "Suatu kali saya jalan-jalan ke Yogyakarta. Saya memakai celana pendek dan kacamata gelap. Waktu saya cari batik di Pasar Beringharjo, ada ibu penjual batik yang berteriak, 'Ee... ada siapa berani!' Itu membuat saya terharu."
Di studio, tempat kuis berlangsung, suasana tak jauh beda. Ibu-ibu peserta kuis ramai-ramai meminta foto bersama Helmy. Begitu pula di dalam pesawat terbang, ada seorang pramugari mendekatinya. Rupanya pramugari itu hanya ingin menitipkan dua pertanyaan untuk dibacakan dalam kuis Siapa Berani.
Jagat pertelevisian, terutama kuis, sudah dikenal Helmy sejak ia bekerja pada Ani Soemadi yang dikenal sebagai "Ratu Kuis". Sekitar sepuluh tahun Helmy ikut menggarap belasan kuis televisi. Helmy kemudian bekerja mandiri dengan mendirikan perusahaan PT Triwarsana yang kini mempunyai tenaga inti 40 orang. Kuis dan acara televisi yang pernah digarap Helmy antara lain Kata Demi Kata atau Pesta Bintang di SCTV. Kini ia sedang menyiapkan tujuh paket acara hiburan televisi.
Kiatnya menggarap kuis sebagai tontonan visual yang menarik antara lain pertanyaan tidak boleh sulit, tetapi harus menarik dan merupakan fakta menarik. "Misalnya, saya baru tahu buah kiwi bukan dari Selandia Baru, tetapi dari Cina. Atau, harimau itu ternyata tidak terdapat di Afrika. Dari situ kita juga berbagi pengetahuan kepada pemirsa," kata Helmy yang berstatus dosen Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Sosok Helmy Yahya kini menjadi bagian dari jagat gebyar hiburan di layar kaca: sebuah dunia yang tak pernah diimpikannya. Ayahnya, Mohammad Yahya Matusin, adalah wiraswasta. "Saya dari keluarga bersahaja, bahkan boleh dibilang memprihatinkan. Ayah hanya pedagang kaki lima, penjual kacamata," kata Helmy yang bungsu dari lima bersaudara.
Meski kondisi ekonomi pas-pasan, orangtua Helmy berusaha menyekolahkan anak-anaknya. Bahkan, dua anak terakhir, Tantowi dan Helmy diupayakan bersekolah di Jawa. "Untuk modal kuliah kami di Jakarta, Ayah sampai menggadaikan rumah. Saya sempat merasa menjadi anak durhaka karena dulu saya marah kalau wesel belum datang. Padahal, orangtua saya harus pinjam sana sini untuk biaya hidup kami," kenang Helmy yang merampungkan kuliah di STAN dan melanjutkan program pascasarjana di Universitas Miami, Amerika Serikat.
Saat kuliah di Jakarta itulah jalan menuju bisnis hiburan televisi terbuka. Suatu ketika Helmy menyelenggarakan hajatan jazz di kampus yang menampilkan pemusik Ireng Maulana. Setelah cukup sering bekerja sama, pada tahun 1988 Helmy ditawari menjadi manajer Ireng Maulana. Dari gitaris yang menggarap musik untuk kuis Berpacu Dalam Melodi tersebut, Helmy berkenalan dengan Ani Soemadi. Sejak itu, jalan menuju jagat bisnis hiburan terbuka buat Helmy. "Tetapi, sungguh saya tidak kebayang bekerja di dunia hiburan. Cita-cita saya itu menjadi dokter atau penulis. Saya ini sebenarnya kan kecebur di dunia hiburan," kata Helmy yang di kampungnya di kawasan Bekasi Timur, menjabat sebagai Ketua RT.
Minat dan aktivitas Helmy memang sangat beragam. Ia menyukai olahraga terutama bola basket. Ia juga menggemari musik. Kini, ia sedang menyiapkan rekaman album Melayu Deli bersama pemusik Marakarma. Menurutnya, ini bukan usaha "mumpung populer". Musik Melayu Deli telah menjadi bagian dari masa kecilnya di Palembang. "Ayah saya penyanyi dan pernah memimpin orkes musik sejenis gambus."
Ia juga sempat mewujudkan impian sebagai penulis. Setidaknya, Helmy yang kala SMA menggemari novel Ashadi Siregar dan Eddy D Iskandar pernah menghasilkan lima novel, salah satunya berjudul Blok M (Bakal Lokasi Mejeng) yang pernah difilmkan sutradara Edward Pesta Sirait dan dibintangi Desy Ratnasari dan Paramita Rusadi.
Kini, Helmy akan mengarungi bisnis hiburan yang lebih besar. Sudah sekitar tiga bulan ia menjabat Direktur Pemasaran Perum Produksi Film Negara (PPFN). Perusahaan yang sepuluh tahun terakhir mandek produksinya itu disebutnya sebagai "Titanic", kapal besar yang nyaris tenggelam. Aset lahan seluas dua hektar di Jalan Otista Raya, Jakarta Timur, dan 1,5 hektar di Jalan Tendean, Jakarta Selatan, milik PPFN itu akan dikembangkan sebagai studio besar.
Mereka tengah menyiapkan untuk menghidupkan kembali film boneka Si Unyil. "Saya ingin anak-anak mempunyai tontonan dengan nilai Indonesia. Saya prihatin, anak-anak kita menjadi generasi smack down." Yang terakhir itu adalah acara hiburan "gulat" banting-membanting di sebuah stasiun televisi swasta dan diikuti banyak anak-anak.
Selain aktif sebagai presenter, Helmy juga menulis cerita yang dituangkannya dalam beberapa pustaka antara lain Buku Humor “Gelitik Tawa Cara Amerika” , Pustaka Jeka, 1985; Buku Humor “Tanya Serius Jawab Santai” , Pustaka Jeka 1986; Buku Remaja serial Lintar “Ketika Musim Duren Tiba” , Pustaka Jeka 1986; Buku Remaja serial Lintar “Balada Johny dan Retno” , Pustaka Jeka 1987; Buku Remaja serial Lintar “Cinta Elektrik” , Pustaka Jeka 1987; Buku Remaja serial Lola “Blok M, Bakal Lokasi Mejeng” , Pustaka Jeka 1988; Program PhD in Business (Marketing) pada JIMS , Jakarta, belum selesai; dan Buku Joshua Oh Joshua , Gramedia 2000.
Selain itu, ia juga menuangkan ide-ide dari cerita tersebut ke dalam film yakni: Ide cerita film “Ketika Musim Duren Tiba” , PT. Virgo Film, 1988; Ide cerita dan scenario film “Blok M” , PT. Parkit Film, 1989; Ide cerita film “Joshua Oh Joshua” , PT. RAPI Film, 2000.
Ia juga menjadi pembicara dari beberapa seminar seperti Activity Based Costing (ABC) Seminars, Finance Or Non-Finance Seminars dan Marketing Service Seminars.
Pria serba sibuk ini, memang sejak kecil sudah merai berbagai prestasi dan penghargaan. Ia lulusan terbaik dari sejak SD sampai perguruan tinggi. Beberapa penghargaan yang diraihnya adalah: Pelajar Teladan SLTA Sumatera Selatan, 1980; Pelajar Teladan Nasional, 1980; Juara Lomba Baca Puisi se-Sumatera, Medan, 1979; Juara Lomba Mengarang Puisi se-Sumatera Selatan, 1980; Juara Cepat Tepat, TVRI Palembang, 1978-1980; dan Juara Lomba Baca Puisi antar Mahasiswa se-Indonesia, Jakarta 1981.
Kini ia menggumuli sejumlah kegiatan yaitu: Direktur PT. Triwarsana; Dosen/Widyaiswara STAN (Accounting Theory, Accounting System, Etika Bisnis dan Marketing); Produser dan Kreator Kuis Joshua (Indosiar, setiap Minggu pk.17.00); Executive Produser dan Kreator ‘Pesta Bintang’ (SCTV, setiap Minggu pk.16.30); Executive Produser dan Kreator ‘ASAL’ (SCTV, setiap Jumat pk.21.00); Executive Produser dan Kreator ‘Kafe Dangdut’ (TPI, setiap Selasa pk.19.30); Tim Pembuat Soal Kuis Digital LG Prima (Indosiar, setiap Sabtu pk.14.00); Executive Produser dan Kreator ‘TERSERAH’ (SCTV, setiap Sabtu pk.21.00); Executive Produser dan Kreator ‘Mimpi Kali Yee’ (SCTV, setiap Kamis pk.19.30); Executive Produser, Kreator, soal dan Host Kuis Siapa Berani (Indosiar, setiap Senin-Jumat pk.08.00); Dosen di STAN; Presenter KOBATAMA (SCTV sejak tahun 1994); Ketua Bidang Luar Negri PB PERBASI, sejak tahun 1998; Deputy Secretary General South East Asian Basketball Association (SEABA) sejak tahun 1999; Humas Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Kompartemen Akuntan Manajemen , sejak tahun 1999; MC di berbagai acara (event); Pembicara/Moderator Seminar dalam bidang Marketing, Accounting, Finance dan Broadcasting; dan Direktur Marketing PFN.
Selain itu, ia juga sibuk sebagai presenter dalam event khusus, seperti:
1. PON 1993 (RCTI), sebagai Presenter
2. Asian Basketball Championship 1993 (SCTV), sebagai komentator
3. NBA final 1995 , Houston (USA), sebagai Host
4. Asian Badminton Championship , Jakarta 1995, Host
5. NBA final 1996 , Chicago (USA), sebagai Host
6. Olimpiade 1996 , Atlanta (USA), sebagai Host
7. SEABA Championship , Surabaya 1996, sebagai Host
8. Exclusive Interview ‘Kareem Abdul Jabbar’ , Jakarta 1995
9. Exclusive Interview ‘Magic Johnson’ , Los Angeles 1996
10. Magic Johnson All Star , SCTV 1996, sebagai Host
11. Lintas Selat Sunda , SCTV 1996, sebagai Host
12. Lintas Selat Madura , SCTV 1996, sebagai Host
13. Batman Triathlon , SCTV 1996, sebagai Host
14. NBA Japan Games , Tokyo 1997 (SCTV), sebagai Host
15. Kejuaraan Dunia Perahu Naga , Hongkong 1997, SCTV, sebagai Host
16. Exclusive Interview ‘Shaquille O’Neal , Jakarta 1997
17. Sea Games 1997 , Jakarta, SCTV, sebagai Host
*** Tokoh Indonesia, dari berbagai sumber.
Ensiklopedi Tokoh Indonesia. All right reserved. Design and Maintenance by Esero
Thursday, March 23, 2006
Taksu Jakarta
A Jakarta based writer Helly Minarty just told me that she was at Taksu Jakarta again last night for an exhibition and commented that I was not like few years ago. Then I google Taksu and found Hera Diani's article on Middle Mountain: Mirror Mirror that I produced in 2003.
`Middle Mountain' showcases one's journey
Features - June 06, 2003
Hera Diani, The Jakarta Post, Jakarta
Middle-Earth, according to the author J.R.R. Tolkien, is "the ancient world, the quiet of the world, when there was less noise and more green".
Then what is Middle Mountain?
Middle mountain is the top view of a mountain, where the space gets smaller and smaller, shrinking to a point where it is most crucial as the sharpest and most energetic power provider, but at the same time the most dangerous and most vulnerable.
It is a space where one exiles her or himself from what's surrounding her or him, except for the natural environment -- wind, light, soil, sky and the spirit within.
While Middle-Earth is inhabited by creatures like hobbits, elves and humans, Middle Mountain is occupied by several artists, Indonesians and foreigners, who gathered and created a performance called Middle Mountain: Mirror Mirror.
Scheduled to be held this Friday on 8 p.m. at the Taksu Gallery in Kemang, Middle Mountain is a theatrical installation of dance, text, visuals and sound, produced by Arts Exchange Asia and the Gallery.
Although some people may associate Taksu with the little gallery in Ubud, Bali, or the Taksu Studio Community in Surakarta, Central Java, Taksu Gallery in Kemang is actually related to the one in Kuala Lumpur, which was set up over five years ago.
The artists who will perform on Friday are Elly Luthan, Chendra Effendy & Naui.Indonesia.com, Maria Bernadeth, Zulkifli Mohamad, Agus M. Bendul, Renjani, Ade Darmawan, Alex Supartono, John Arata, Ann Wizer, Bidhu, and Anisah Korchack & Miss X.
The theme of Middle Mountain itself represents the process and journey of a person, and a meeting point where things exist, according to a press release. The journey is a journey of reflecting oneself, like seeing oneself in the mirror, so that is where the title of the performance comes from.
The reflections of self, the release says, might come as phrases of text, stories from the past; like a child being read a story before going to sleep and the story fades away; like glimpses of light passing before us, or trains of old black and white photos; like the sound of mosquitoes circling around your head and going away.
In each journey, however, one will decide what to choose, when to start and when to stop. One might go back to what he was reflecting, but the reflection might not always be the same each time he visits that frame of mind.
Each artist will perform or exhibit his or her work in the closed and open spaces of the gallery. The gallery will have the concept of a traveling audience by using two entry points: the so-called front and back entrance/exit, which creates fluidity and a spiral effect.
The two audience groups might come across the so-called tunnel of visual images, which connects the various parts of the artists' works.
Middle Mountain: Mirror Mirror; Taksu Gallery, Jl. Kemang Barat No. 5-7, South Jakarta; Friday, 8 p.m.
>>>>May be it is time to revisit Taksu in Jakarta
`Middle Mountain' showcases one's journey
Features - June 06, 2003
Hera Diani, The Jakarta Post, Jakarta
Middle-Earth, according to the author J.R.R. Tolkien, is "the ancient world, the quiet of the world, when there was less noise and more green".
Then what is Middle Mountain?
Middle mountain is the top view of a mountain, where the space gets smaller and smaller, shrinking to a point where it is most crucial as the sharpest and most energetic power provider, but at the same time the most dangerous and most vulnerable.
It is a space where one exiles her or himself from what's surrounding her or him, except for the natural environment -- wind, light, soil, sky and the spirit within.
While Middle-Earth is inhabited by creatures like hobbits, elves and humans, Middle Mountain is occupied by several artists, Indonesians and foreigners, who gathered and created a performance called Middle Mountain: Mirror Mirror.
Scheduled to be held this Friday on 8 p.m. at the Taksu Gallery in Kemang, Middle Mountain is a theatrical installation of dance, text, visuals and sound, produced by Arts Exchange Asia and the Gallery.
Although some people may associate Taksu with the little gallery in Ubud, Bali, or the Taksu Studio Community in Surakarta, Central Java, Taksu Gallery in Kemang is actually related to the one in Kuala Lumpur, which was set up over five years ago.
The artists who will perform on Friday are Elly Luthan, Chendra Effendy & Naui.Indonesia.com, Maria Bernadeth, Zulkifli Mohamad, Agus M. Bendul, Renjani, Ade Darmawan, Alex Supartono, John Arata, Ann Wizer, Bidhu, and Anisah Korchack & Miss X.
The theme of Middle Mountain itself represents the process and journey of a person, and a meeting point where things exist, according to a press release. The journey is a journey of reflecting oneself, like seeing oneself in the mirror, so that is where the title of the performance comes from.
The reflections of self, the release says, might come as phrases of text, stories from the past; like a child being read a story before going to sleep and the story fades away; like glimpses of light passing before us, or trains of old black and white photos; like the sound of mosquitoes circling around your head and going away.
In each journey, however, one will decide what to choose, when to start and when to stop. One might go back to what he was reflecting, but the reflection might not always be the same each time he visits that frame of mind.
Each artist will perform or exhibit his or her work in the closed and open spaces of the gallery. The gallery will have the concept of a traveling audience by using two entry points: the so-called front and back entrance/exit, which creates fluidity and a spiral effect.
The two audience groups might come across the so-called tunnel of visual images, which connects the various parts of the artists' works.
Middle Mountain: Mirror Mirror; Taksu Gallery, Jl. Kemang Barat No. 5-7, South Jakarta; Friday, 8 p.m.
>>>>May be it is time to revisit Taksu in Jakarta
Tuesday, March 21, 2006
Larangan Erotisme Di Indonesia
SUARA PEMBARUAN DAILY 20 March 2006
--------------------------------------------------------------------------------
Seniman Dunia Minta RUU APP Ditinjau Ulang
JAKARTA - Ratusan seniman dan sarjana seni pentas dunia meminta agar Rancangan Undang-Undang tentang Antipornografi dan Pornoaksi (RUU APP) ditinjau ulang. Mereka meminta agar pemerintah dan kalangan elite politik Indonesia menyesuaikan RUU itu dengan kebutuhan seni dan budaya Indonesia.
Pernyataan para seniman dan sarjana seni pentas dunia itu terangkum dalam aksi pengumpulan tanda tangan meminta agar RUU APP ditinjau ulang. Rencananya, surat itu akan dikirimkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Kami, sarjana dan seniman dari dalam dan luar negeri menyampaikan keprihatinan atas RUU APP," ujar Aviva Kartiningsih Cohen, salah satu penggagas aksi pengumpulan tanda tangan itu, kepada Pembaruan melalui surat elektronik di Jakarta, Sabtu (18/3) siang.
Beberapa nama seniman dunia yang ikut menandatangani pernyataan sikap itu antara lain, musisi Gary McFarlane (Kanada), penata tari Zulkifli Mohmad (Kuala Lumpur), Ibrahim Hamid (Orkestra Melayu Singapura), Wayne Vitale (Pimpinan Gamelan Sekar Jaya, Amerika Serikat), Cindy Benton-Groner (Direktur Gamelan, College of William and Mary, AS), Jon Keliehor (Komponis dan Ketua Gamelan Naga Mas, Glasgow, Skotlandia), dan Jan van der Putten (Dosen Sastra Melayu, Singapura).
Dari Indonesia, nama-nama seniman yang ikut menandatangani surat itu antara lain Ikranagara (seniman), Rahayu Supanggah (STSI Surakarta), Nirwan Dewanto (sastrawan), Nor Pud Binarto (budayawan dan aktivis kemanusiaan), Andi Suandi (pelukis abstrak), Cok Sawitri (penyair), dan I Wayan Gde Yudane (komponis).
Menurut Aviva, seniman dan sarjana seni dunia sangat peduli dengan budaya dan seni di Indonesia. Menurut mereka, seni Indonesia sudah berkembang di luar negeri. "Jika akar seni dan budaya Indonesia dirusak, semua yang telah berkembang di luar negeri itu akan rusak pula. Sementara di sisi lain, dalam era globalisasi ini dampak RUU APP akan dirasakan pula di luar Indonesia," kata dia.
Seni pentas Indonesia, terutama seni gamelan, wayang, serta tari Jawa dan Bali, telah menjadi sumber kreativitas seniman dan sarjana seni dunia. Malah, seni wayang sudah diakui resmi sebagai Warisan Budaya Dunia Nonbendawi dari UNESCO.
Mengurangi Kreativitas
Aviva menambahkan, RUU APP akan melarang orang untuk menyiarkan, memperdengarkan, mempertontonkan atau menempelkan tulisan, suara atau rekaman suara, film atau yang dapat disamakan dengan film, syair lagu, puisi, gambar, foto dan/atau lukisan yang mengeksploitasi daya tarik tubuh atau bagian-bagian tubuh orang yang menari erotis atau bergoyang erotis. Aturan itu bisa ditafsirkan sebagai larangan terhadap seni tari daerah, seperti tayuban, joget, ronggeng, jaipongan, dan gandrung Banyuwangi.
Selain itu, sastra klasik ala Serat Centhini dan ceritera pokok pewayangan tidak bisa tampil lagi. Salah satu contoh adalah lakon Murwakala yang menggambarkan kelahiran Batara Kala. Pada lakon itu digambarkan Batara Guru terpesona melihat seorang perempuan sehingga kamanya (nafsu) timbul. Lakon ini paling penting bagi para dalang, tetapi bisa dilarang karena bisa dianggap erotis. Jadi, batas antara seni dan erotisme (langen dalam bahasa Jawa) kerap kali tidak jelas. (O-1)
--------------------------------------------------------------------------------
Last modified: 20/3/06
--------------------------------------------------------------------------------
Seniman Dunia Minta RUU APP Ditinjau Ulang
JAKARTA - Ratusan seniman dan sarjana seni pentas dunia meminta agar Rancangan Undang-Undang tentang Antipornografi dan Pornoaksi (RUU APP) ditinjau ulang. Mereka meminta agar pemerintah dan kalangan elite politik Indonesia menyesuaikan RUU itu dengan kebutuhan seni dan budaya Indonesia.
Pernyataan para seniman dan sarjana seni pentas dunia itu terangkum dalam aksi pengumpulan tanda tangan meminta agar RUU APP ditinjau ulang. Rencananya, surat itu akan dikirimkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Kami, sarjana dan seniman dari dalam dan luar negeri menyampaikan keprihatinan atas RUU APP," ujar Aviva Kartiningsih Cohen, salah satu penggagas aksi pengumpulan tanda tangan itu, kepada Pembaruan melalui surat elektronik di Jakarta, Sabtu (18/3) siang.
Beberapa nama seniman dunia yang ikut menandatangani pernyataan sikap itu antara lain, musisi Gary McFarlane (Kanada), penata tari Zulkifli Mohmad (Kuala Lumpur), Ibrahim Hamid (Orkestra Melayu Singapura), Wayne Vitale (Pimpinan Gamelan Sekar Jaya, Amerika Serikat), Cindy Benton-Groner (Direktur Gamelan, College of William and Mary, AS), Jon Keliehor (Komponis dan Ketua Gamelan Naga Mas, Glasgow, Skotlandia), dan Jan van der Putten (Dosen Sastra Melayu, Singapura).
Dari Indonesia, nama-nama seniman yang ikut menandatangani surat itu antara lain Ikranagara (seniman), Rahayu Supanggah (STSI Surakarta), Nirwan Dewanto (sastrawan), Nor Pud Binarto (budayawan dan aktivis kemanusiaan), Andi Suandi (pelukis abstrak), Cok Sawitri (penyair), dan I Wayan Gde Yudane (komponis).
Menurut Aviva, seniman dan sarjana seni dunia sangat peduli dengan budaya dan seni di Indonesia. Menurut mereka, seni Indonesia sudah berkembang di luar negeri. "Jika akar seni dan budaya Indonesia dirusak, semua yang telah berkembang di luar negeri itu akan rusak pula. Sementara di sisi lain, dalam era globalisasi ini dampak RUU APP akan dirasakan pula di luar Indonesia," kata dia.
Seni pentas Indonesia, terutama seni gamelan, wayang, serta tari Jawa dan Bali, telah menjadi sumber kreativitas seniman dan sarjana seni dunia. Malah, seni wayang sudah diakui resmi sebagai Warisan Budaya Dunia Nonbendawi dari UNESCO.
Mengurangi Kreativitas
Aviva menambahkan, RUU APP akan melarang orang untuk menyiarkan, memperdengarkan, mempertontonkan atau menempelkan tulisan, suara atau rekaman suara, film atau yang dapat disamakan dengan film, syair lagu, puisi, gambar, foto dan/atau lukisan yang mengeksploitasi daya tarik tubuh atau bagian-bagian tubuh orang yang menari erotis atau bergoyang erotis. Aturan itu bisa ditafsirkan sebagai larangan terhadap seni tari daerah, seperti tayuban, joget, ronggeng, jaipongan, dan gandrung Banyuwangi.
Selain itu, sastra klasik ala Serat Centhini dan ceritera pokok pewayangan tidak bisa tampil lagi. Salah satu contoh adalah lakon Murwakala yang menggambarkan kelahiran Batara Kala. Pada lakon itu digambarkan Batara Guru terpesona melihat seorang perempuan sehingga kamanya (nafsu) timbul. Lakon ini paling penting bagi para dalang, tetapi bisa dilarang karena bisa dianggap erotis. Jadi, batas antara seni dan erotisme (langen dalam bahasa Jawa) kerap kali tidak jelas. (O-1)
--------------------------------------------------------------------------------
Last modified: 20/3/06
Subscribe to:
Posts (Atom)