Saturday, August 09, 2008
KL Fringe Festival Selesai
Tuesday, August 05, 2008
Teater Jalanan, Teater Pentas, Teater Universiti, Teater Kampung & Teater Dewanserbaguna
Monday, August 04, 2008
TANAH SERENDAH SEKEBUN BUNGA
Lirik Pembuka Panggung Untuk Teater Tari Tanah Serendah Sekebun Bunga
Tanah Serendah Sekebun Bunga
Lapang luas tulangnya bergunung
Pinggirnya Laut Andaman dan China Selatan
Langkasuka negri Anak Raja Naga
Kerajaan Melayu lama yang agung
Hilang tanda luput cerita dari ingatan
Lembah Emas yang tiada sempadan
Ligor di utara Singgahpura di selatan
Langkawi di barat Tioman di Timur
Tanah Merah tempat raja bersemayam
Jauh di ulu sungai nun di daratan
Bertembokkan gunung agar makmur
Tanah Serendah Sekebun Bunga
Negri perumpama lagenda Melayu
Zaman berzaman terus dipuja
Asalnya taman kesukaan baginda
Raja Putri Mas Chayam dirgahayu
Bergelar Che Siti yang pertama
Raja pemerintah abad ke tujuh
Raja perempuan disegani semua
Pedagang Parsi ke Maharaja China
Kaya emas bersaing Raja Sri Wijaya
Bergabung bergelar Sri Wijaya Mala
Berkhabar sampai telinga Sri Mahraja
Che Siti Mas Chayam punya cerita
Bersemayam di Gunung Cinta Wangsa
Abad yang lama ampunya sejarahnya
Che Siti unggul lambang putri raja
Keturunan Kerajaan Funan di Kemboja
Sebelum Champa sebelum Chenla
Tanah Serendah Sekebun Bunga
Cerita ceriti rampai Melayu Lama
Berakar umbi dalam titih silah
Raja berjalan ke pelusuk Negara
Supaya negeri adil saksama
Rakyat jelata bersatu tak berpisah
Dalam igau mimpi Sang Rajuna
Bertemu Puteri Zubaidah Champa
Bersama Ratu Laut Selatan dari Jawa
Mengkhabarkan negeri dalam bahaya
Langkasuka dan Sekebun Bunga
Diserang musuh ditimpa bencana
Terbakar hangus kota dan desa
Gelimpang tubuh bertakung darah
Menjadi jarak padang tekukur
Diserang musuh garang dari utara
Ditakuk ditetak pahlawan gagah
Angkatan Langkasuka bergalah ber undur
Langit gelap ribut puting beliung
Sungai bergelombng tebing rapuh terjunam
Bencana kedua menimpa Negara
Tak kira musuh selamat tak seorang
Di telan beliung kota terbenam
Tenggelam hanyut hilang ke muara
Itulah kisah Hikayat Langkasuka
Yang hilang negerinya entah kemana
Menjadi kota terbenam di tasik
Tempat bersemadi si naga-naga
Itulah cerita yang jadi lagenda
Dilagu dinyanyi menjadi asyik
Tanah Serendah Sekebun Bunga
Bencana mimpi menjadi nyata
Igauan Sang Rajuna yang setia
Kalau sudah bagai dikata
Tiada upaya usaha sang raja
Takdir Illahi kitalah yang terima
Zulkifli bin-haji Mohamad, KL, 2003
Sajak: Aku Binatang jalang, karya Zulkifli Mohamad
AKU BINATANG JALANG
(Terpancar dari antologi Chairil Anwar 1943)
Aku Binatang Jalang, Yang hatinya membatu
Seperti gunung kering, Yang tiada seurat rumput
Yang mulutnya pahit hempedu, Hembusannya berapi
Membara membakar, hangus !
Yang lidahnya terjelir-jelir, Bisanya ular tujuh lautan, Membelit sang durjana, hancurlah!
Aku Binatang Jalang, Yang kepalanya keras
Berpusar-pusar dalam rambutnya, Terkatup telinganya
Durhakalah !
Yang tangannya panjang, Mencuri merampas
Segala yang nyata, Berpinar di mata, Kehormatan, Harta
Aku Binatang Jalang, Yang penyakit hatinya, tebal
Busuk baunya, Dengki, hasad hatinya, Mati jiwanya, Liar nafsunya,
Serakah !
Menceroboh, lobang anak-anak kecil dan siapa saja
Yang liar ganas, Memukul membelasah, Isteri dan anak tak berdosa
Aku Binatang Jalang, Yang hanya inginkan
Hatijiwanya membuai terbang melayang
Dalam ghairah shahdu, Dari yang beku, yang cair dan yang berasap
Yang boleh melupakan, Segala kekusutan
Yang membelenggu, Walau pedihnya, Tak pergi pergi
Aku Binatang Jalang, Yang rakus pada harta
Yang dikikis dikaut dari yang tak berdaya
Seperti ingin membawanya, Terus bahagia ke lubang kubur
Di mana zakatnya, di mana sedekahnya, derma ? prihatin ?
Ahh…Penipuan, Rasuah!
Aku Binatang Jalang, Yang bermuka-muka
Macam talam, Yang dua mukanya
Yang manis mulutnya masam duburnya
Yang menghantuk kepala manusia lain
Lalu ketawa hahahahahaha!
Aku Binatang Jalang, Yang membunuh,
Menggugur, Membuang anaknya
Yang kabur rabun buta, Yang tak terpandang darah ditangannya
Berlumuran merah
Menitik tik…tik!
Aku Binatang Jalang, Yang disumpah menjadi raksasa
Yang menjadi lanun di Selat Melaka, Yang menjadi raja bersiong di Langkasuka
Yang meracun di air, Meludah di mana-mana
Membuang merata-rata, Tak salah katanya
Tak reti adat, Tak reti baso!
Aku Binatang Jalang, Pukullah aku
Hukumlah aku, Deralah aku
Garilah aku, Rejamlah aku biar mati, Biar
Walau yang berkeliaran lainnya, Adalah sama
Binatang jalang !
Astaghfirullahalazim, Astaghfirullahalazim, Astaghfirullahalazim
Ashaduanlaillahaillallah, Waashaduannamuhammadarasullullah
Aku ini Binatang Jalang, Dari Jenis yang terbuang
Aku ingin hidup lagi, Jadilah aku manusia mulia,
Ya Allah!
Zulkifli Mohamad, Kuala Lumpur, 31 Ogos 2004