Hooray! inilah kali pertama sajak aku akan dicetak setelah meninggalkan sekolah 1981. Dulu sajak-sajak aku cuma pernah dicetak dalam majalah Sempena, Sultan Ibrahim School, Pasir Mas Kelantan. Bila dipanggil membacanya di RTM Kota Bharu pun aku dilarang oleh ayah untuk pergi kerana peperiksaan SRP sudah tidak lama menjelang. Tapi aku terus menulis senyap-senyap. Dalam senyap-senyap pun dia dapat tahu. Pada tahun 1981, tahun SPM aku, ayah mengugut untuk membakar semua buku-buku sajak koleksi aku jika aku tak berhenti menulis. Katanya penulis tak boleh cari makan, susah hidup. Selesai SPM semua buku aku bawak balik ke kampung di Kedai Salor. (Tapi rumah aku rumah kedai sebenarnya, tak pernah merasa tinggal di rumah kampung seperti di kampung). Semua buku disusun dalam almari buku dan dikunci bersama pingat2 lumba lari, volleyball dan pertandingan-pertandingan lain seperti pidato. Masuk kolej, ITM Shah Alam, dah dah tak menulis sajak lagi. Mungkin untuk jangkamasa yang lama aku tak menulis. Cuma bila mengambil bengkel teater Rendra di Sarawak pada tahun 1993, aku mulai menulis lagi, apalagi ianya disuruh oleh Rendra, seorang sasterawan terkenal Indonesia dan dunia Melayu, seorang penyair hebat. Aku menulis sajak tentang Martha Graham dan Lesley I.Main(pelukis kontemporari wanita Scottish, juga tuan rumah aku di Glasgow 1991-92), dan Rendra memujinya. Mungkin kerana itulah aku terpanggil kembali untuk menulis sajak. Kadang2 bila terpanggil aku akan menulis sajak dan menyimpannya di mana-mana, tak pernah menyimpannya, atau diberikan kepada kawan2. Kalau di sekolah sajak2 aku banyaknya tentang cinta, putus cinta, banjir, musim tengkujuh, ayah, dan rakan2 sekolah. Cuma kemudiannya aku menulis tentang alam dan alam sekeliling. Di Jakarta, aku banyak membaca tulisan Rendra, Chiril Anwar dan Taufik Abdullah dan beberapa penulis Jawa. Sepulang dari Indonesia (2000-2003) aku menulis sajak sejarah tentang Tanah Serendah Sekebun Bunga dan kemudiannya mementaskan karya menjadi teater tari. Mungkin sesuatu yang banyak terpengaruh sewaktu di Suasana, melihat Azanin memanggil Usman Awang menulis sajak Jentayu untuk drama tari Jentayu, Keris, Kunang2. Aku menulis lagi sajak untuk produksi "Aku Binatang Jalang"(tajuk yang dipinjam dari sajak Chairil Anwar, Aku Ini Binatang Jalang). Tapi ramai yang beranggapan yang itu adalah sajak Chairil Anwar, sangat memalukan untuk seorang Sutung Umar menulis sedemikian, kerana sebenarnya tak tahu sajak Chairil Anwar. Aku hanya diam, tak pernah membantah. Untuk produksi teater tari kanak-kanak Chini yang diarah oleh Hamzah Tahir, aku menulis ceritanya serta dua sajak didalamnya yang kemudiannya dijadikan lagu oleh Hafiz Askiak. Jadi secara tak sengaja, teater tariku sebenarnya bermula dari teks, dari cerita, dari sajak sebelum menjadi bait2 gerak dan tari.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
like this
Post a Comment